Sukses film Laskar Pelangi menorehkan kesan mendalam pada
keindahan alam Belitung yang menjadi latar belakang lokasi film ini. Saya dan
teman-temanpun tergiur untuk jalan-jalan kesana. Kebetulan ayah saya punya
bisnis di Belitung dan beruntung ada rumah teman ayah saya yang bisa jadi
tumpangan di Belitung. Wow.....pucuk dicinta ulam tiba.
Penerbangan Jakarta - Tanjung Pandan bisa ditempuh dengan
Sriwijaya Air atau Batavia Air. Lama perjalanan sekitar 45 menit. Kami
berangkat dengan pesawat jam 06.30 pagi dan sekitar jam 07.15 kami sudah
mendarat di Bandara HAS Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Kami dijemput oleh
Stevie sekaligus tuan rumah dan guide yang akan mengantar kami selama di
Belitung. Yuhuuuu...perjalanan dimulai.
Stevi membawa kami ke rumahnya dan disambut oleh kedua orang
tuanya yang ramah. Kami takjub dengan rumahnya yang luas dan terutama halaman
belakang yang menghadap laut. Keren....
Di meja makan sudah terhidang mie Belitung sebagai sarapan kami
pagi ini....mie kuning dibungkus daun dengan kuah yang terpisah. Rasanya
enak sekali, kuahnya berasa manis gurih udang, ditaburi emping mlinjo. Lidah
saya menari-nari menikmati kelezatan mie ini.
Perjalanan hari ini dimulai ke Pantai Tanjung tinggi yang menjadi lokasi film Laskar Pelangi. Wow…..pantai ini luar biasa indah, airnya bersih, bening kehijauan dengan batu granit yang bertebaran. Pantainya tenang tidak berombak, asyik buat berenang. I like it !!!
Jujur buat saya inilah pantai
terindah yang pernah saya lihat. Puas menikmati pantai, naik turun bebatuan,
foto-foto dan main air kami makan siang di warung makan 68 dengan menu yang
luar biasa. Sup Ikan Gangan, ikan Ilak bakar, udang goring tepung, lalap
sambal, pete bakar dan kelapa muda. Enak sekali….antara lapar dan kalap rasanya
sudah susah dibedakan! Hahahaaa….
Dari Pantai Tanjung Tinggi kami menuju pantai Tanjung Kelayang.
Kebetulan sedang ada event Sail Belitung 2010 sehingga pantai ramai oleh
berbagai perahu layar dari dalam dan luar negri. Beberapa yacht bersandar juga,
dengan bule-bule yang tampak puas menikmati keindahan laut negeri ini. Pantai ini memanjang dan luas, dari sini kita bias melihat
kumpulan batu granit ditengah laut yang berbentuk kepala burung.
Sayang suasana mendung, untuk foto jadi kurang cerah, tapi
untungnya kami jadi tidak kepanasan. Menjelang magrib kami meninggalkan pantai
ini dan menuju penginapan di Hotel Bukit Brahu. Kami menyewa vila dengan 2
kamar untuk berenam. Walaupun kalau malam hari agak menyeramkan karena gelap
gulita, tapi pemandangan dari balkon ke laut dengan kerlap-kerlip perahu
nelayan jadi keindahan tersendiri yang menakjubkan.
Hari kedua, rencana perjalanan kami adalah Belitung Timur. Jalanan
disana cenderung sepi dan jarang berpapasan dengan kendaraan lain. Pertama kali
Stevie membawa kami ke lokasi bekas tambang kaolin. Ironisnya lokasi ini
sebenarnya adalah alam yang dirusak. Cerukan tanah bekas ditambang terisi air
yang berwarna biru kehijauan, dikelilingi tanah putih, semak hijau dan langit
biru, benar-benar suasana yang bagus untuk berfoto ria. Jadilah kami model
dadakan tak peduli orang sekitar yang menonton. Hahahaaa….
Dari lokasi tambang kaolin kami menuju kota Gantung (mereka
menyebutnya Gantong). Kota ini dulu terkenal dengan PN Timah-nya namun sekarang
hanya tinggal kenangan. Disini film Laskar Pelangi dibuat dan tentu saja kami
menyempatkan melihat sekolah anak-anak Laskar Pelangi itu. Gedung sekolah yang
nyaris ambruk ini masih dibiarkan berada disana tapi berbeda dengan yang kita
liat di film, didekatnya ada juga gedung sekolah baru yang permanen dan bagus.
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke Vihara Dewi Kwan Im.
Vihara terbesar di Belitung ini selain menjadi tempat ibadah umat
Budha juga menjadi lokasi menarik bagi wisatawan seperti kami. Warna vihara
yang merah membara dengan ornamen naga dan hiasan-hiasan keemasan Cina yang
kental, membuatnya menjadi obyek foto yang indah. Iseng-iseng kami juga
melakukan “ciam si” atau ramal nasib, wah….seru…!
Dari sini kami menuju Pantai Burung Mandi yang lokasinya beberapa
ratus meter saja. Pantai ini cenderung sepi dan berbeda dengan pantai lain di
Belitung yang biasanya berbatu-batu. Banyak perahu cadik nelayan bersandar
disini. Tak lama menikmati pantai ini, perut sudah kelaparan, kamipun makan
siang di rumah makan Manlie di daerah Kampit. Menunya ayam goreng, udang galah,
dan beberapa makanan ala rumah lainnya.
Setelah perut kenyang perjalanan selanjutnya adalahke Bukit Samak
A-1. Nama yang unik kenapa dinamakan Bukit Samak A-1. Ini adalah bukit dengan
pemandangan laut lepas dan cocok untuk beristirahat setelah jalan-jalan di
Belitung Timur. Tak lama disini, kami
lalu meluncur menuju Manggar dan menikmati kopi di pinggir danau, tepatnya di
café Bandoeng River sambil menikmati semilir angin sore.
Puas menikmati kopi Manggar, perjalanan kami selanjutnya adalah bukit TVRI. Di puncak bukit tertinggi di Belitung ini ada menara pemancar TVRI. Tapi tujuan kami bukan melihat menara, tapi menuju makam Syech Abubakar Abdullah yang dikeramatkan penduduk setempat. Waktu sudah menjelang magrib dan hujan gerimis menambah suasana angker di bukit ini membuat kami tidak berani banyak bicara. Konon Syech Abubakar Abdullah adalah penyebar agama Islam di Belitung. Karena hari sudah mulai gelap, kami tidak memasuki lokasi makam jadi hanya mampir di kolam mata air dekat makam untuk berfoto disitu.
Diperjalanan pulang, Stevie baru berani bercerita, bahwa dia
pernah mengalami kejadian aneh, giginya rontok karena terjatuh setelah berkata-kata
yang tidak pantas.
Yah, percaya gak percaya sih….di area ini orang tidak boleh
bertingkah atau berkata sembarangan.
Malam kedua di Belitung, kami menginap di rumah orang tua Stevie
di jalan Air Saga. Kami dijamu keluarga Stevie dan ibunya berbaik hati khusus
memasak seafood seperti cumi tinta, udang dan rajungan rebus dan lain-lain yang
cukup banyak, sampai kami bingung mana yang mesti dimakan duluan. Malam itu
kami menghabiskan malam di gazebo belakang rumah yang berada diatas laut. Suasananya
romantis, perahu nelayan lalu lalang di kejauhan mencari ikan. Dibawah gazebo,
ubur-ubur berenang leluasa juga kepiting dan udang. Dengan bantuan ember
plastik kami berhasil menangkap seekor ubur-ubur dan menikmati gemulai
gerakannya dalam ember untuk beberapa lama sebelum dilepaskan kembali.
Hari ketiga, merupakan hari terakhir kami di Belitung. Rencana
kami adalah hoping island, berperahu menikmati keindahan pulau-pulau dari batu
granit di sekitar Pantai Tanjung Kelayang dengan tujuan utama menengok
mercusuar di Pulau Lengkuas.
Sebelumnya kami sempatkan sarapan pagi di warung kopi Kong Djie di
pusat kota Tanjung Pandan. Disini kami menikmati kopi dan teh tarik dengan
berbagai penganan kecil yang harganya murah meriah. Bertujuh tidak sampai lima
puluh ribu rupiah….hahahahaaa….luar biasa!
Dari Pantai Tanjung Kelayang kami naik perahu menuju Pulau Lengkuas
melewati beberapa pulau seperti Pulau Burung Garuda dan pulau-pulau kecil lain
yang cantik yang kebanyakan merupakan tumpukan batu granit yang menyembul di
laut. Hanya butuh waktu 30 menit kami sudah tiba di pulau impian dengan
mercusuar yang menjulang gagah dan cantik di tengah laut. Saat kami datang, hanya
ada sebuah kapal bersandar, jadi tidak banyak pengunjung. Wah, seperti pulau milik
pribadi rasanya.
Kami bebas berfoto ria,
bermain pasir dan naik ke puncak mercusuar. Seperti pulau milik pribadi
rasanya. Dari puncak mercusuar yang dibangun tahun 1882 itu, kita bisa melihat keindahan
laut Belitung yang membuat mata terbelalak karena pesona keindahannya.
Subhanallah…..ini ciptaan Tuhan yang luar biasa. Pasir putih, langit biru, laut
hijau toska dengan pulau-pulau kecil batuan granit bertebaran seluas mata
memandang. Inilah surga dunia, inilah keindahan alam Indonesia-ku yang
sebenarnya. Turun dari mercusuar, kami berenang dan snorkeling. Stevie sempat
mendapat seekor bintang laut yang cukup besar yang berwarna kemerahan.
Puas
berenang dan bermain air, nasi bungkus yang kami bawa sebagai bekal makan siang
menjadi kenikmatan tersendiri. Namun karena waktu semakin beranjak siang,
kamipun harus meninggalkan pulau kecil yang cantik ini. Perahu kembali diarahkan
menuju Pantai Tanjung Kelayang dan mampir sebentar untuk berfoto ria di pulau
Babi.
Setelah kembali ke rumah Stevie dan membersihkan badan setelah
berenang di pantai tadi, kamipun pamitan pada keluarga Stevie yang telah
menjamu kami selama berlibur di Belitung. Siang itu kami, pesawat membawa kami
pulang ke Jakarta dengan sejuta kenangan liburan yang tak terlupakan. Belitung,
I’ll be back !!!